Nasib NGENES POM Bensin Mini Asal Amerika MOBIL yang akhirnya tutup Total



Keberadaan SPBU dengan merek Mobil di Indonesia memiliki kisah yang cukup unik. ExxonMobil, perusahaan energi raksasa asal Amerika Serikat, awalnya lebih dikenal di Indonesia sebagai pemain besar di sektor hulu migas serta pelumas otomotif. Namun, pada dua periode berbeda, mereka sempat mencoba masuk ke bisnis ritel BBM melalui SPBU, termasuk konsep SPBU mini.


Pada awal 2000-an, ExxonMobil meluncurkan SPBU dengan brand “Mobil” di kawasan perkotaan, terutama Jakarta dan sekitarnya. Konsep yang mereka tawarkan adalah SPBU modern dengan ukuran lebih kecil dibanding SPBU Pertamina. Targetnya adalah masyarakat perkotaan yang menginginkan akses cepat dan mudah untuk mengisi bahan bakar. Namun, langkah ini tidak berlangsung lama. Dominasi Pertamina, keterbatasan regulasi, serta munculnya pesaing asing lain seperti Shell dan Total (kini Vivo) membuat SPBU Mobil sulit berkembang. Akhirnya, sebagian besar SPBU mereka berhenti beroperasi pada pertengahan 2010-an, meninggalkan hanya bisnis pelumas sebagai andalan di pasar Indonesia.



Menariknya, di awal 2020-an, brand Mobil kembali hadir di masyarakat lewat SPBU mini di desa-desa. Kali ini, konsep yang diusung berbeda. ExxonMobil Lubricants Indonesia bekerja sama dengan pengusaha lokal membuka SPBU mini bermerek Mobil dengan skema kemitraan. Model bisnis ini menyasar daerah pedesaan yang jauh dari SPBU Pertamina besar. Dengan lahan yang relatif kecil dan modal lebih terjangkau, SPBU mini Mobil sempat berkembang pesat. Kepercayaan masyarakat terhadap merek internasional juga membuatnya cepat dikenal.



Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama. Kehadiran Pertashop, program resmi Pertamina sejak 2020 untuk menghadirkan BBM bersubsidi hingga ke pelosok desa, menjadi pesaing utama. Pertashop mampu menawarkan harga yang sama dengan SPBU besar, sementara SPBU Mobil hanya menjual BBM non-subsidi dengan harga lebih tinggi. Akibatnya, konsumen di desa lebih memilih Pertashop. Ditambah lagi, distribusi BBM non-subsidi oleh swasta menghadapi banyak kendala regulasi, sehingga banyak SPBU Mobil akhirnya gulung tikar.


Perjalanan SPBU Mobil di Indonesia mencerminkan betapa sulitnya bersaing di pasar ritel BBM yang sangat dikontrol oleh pemerintah dan didominasi Pertamina. Dua kali mencoba masuk, baik di perkotaan pada awal 2000-an maupun di desa-desa pada awal 2020-an, keduanya berakhir dengan kegagalan. Hingga kini, nama “Mobil” di Indonesia lebih dikenal kembali sebagai merek pelumas otomotif, sementara upaya mereka di bisnis SPBU tinggal menjadi bagian dari sejarah.

Author

Mas Rahman Nama saya surahman umur 24 tahun, belum menikah/single, alamat Banjarnegara No WA 0852-2645-3701 ya kali aja ada yang mau kenalan :D

Posting Komentar