"Mengapa Ada Orang yang Sering Menyebut Namanya Sendiri? Ini Penjelasan Psikologisnya"
Menurut ilmu psikologi, orang yang sering menyebut dirinya sendiri dengan namanya sendiri (alih-alih menggunakan kata ganti seperti “saya” atau “aku”) bisa menunjukkan beberapa kemungkinan sifat atau kecenderungan psikologis, tergantung konteks dan frekuensinya. Berikut beberapa kemungkinan:
---
1. Self-distancing (Pengambilan Jarak Diri)
Dalam psikologi, menyebut nama sendiri bisa menjadi cara untuk mengelola emosi, terutama saat sedang stres atau berpikir keras.
Contoh: “Budi harus tenang.”
Ini membantu seseorang memandang masalah seolah-olah dari luar dirinya, sehingga lebih rasional dan tidak terlalu emosional.
Strategi ini sering dipakai secara sadar oleh orang-orang yang sedang mencoba menenangkan diri atau membuat keputusan sulit.
---
2. Ciri Gaya Komunikasi Anak-anak
Anak kecil sering menyebut nama mereka sendiri karena belum sepenuhnya memahami konsep "aku/saya".
Pada orang dewasa, jika hal ini masih dilakukan secara konstan, bisa jadi mencerminkan sifat kekanak-kanakan, naif, atau hanya terbawa kebiasaan masa kecil.
---
3. Kebutuhan Akan Pengakuan atau Perhatian
Seseorang yang sering menyebut namanya sendiri bisa menunjukkan kebutuhan untuk diakui, didengar, atau ingin mempertegas eksistensinya di tengah lingkungan sosial.
Ini juga bisa muncul pada orang yang punya self-esteem rendah atau justru sangat tinggi.
---
4. Ciri Kepribadian Ekstrovert atau Dominan
Bisa menunjukkan karakter yang percaya diri, suka tampil, atau ingin menjadi pusat perhatian. Biasanya ini muncul dalam komunikasi publik, media sosial, atau lingkungan kerja.
---
5. Kondisi Khusus (Jarang)
Dalam beberapa kasus ekstrem dan sangat jarang, bisa juga dikaitkan dengan gangguan kepribadian, seperti narsistik — tapi ini tidak bisa disimpulkan hanya dari kebiasaan menyebut nama sendiri. Harus dilihat dalam konteks yang lebih luas.
---
Jadi Kesimpulannya?
Kalau seseorang suka menyebut dirinya dengan namanya sendiri, itu tidak selalu negatif. Bisa saja itu bagian dari strategi berpikir, kebiasaan masa kecil, atau ciri kepribadian terbuka. Tapi kalau dilakukan terus-menerus dalam konteks tidak biasa, bisa jadi itu menunjukkan adanya kebutuhan psikologis tertentu, seperti ingin dimengerti, diperhatikan, atau menegaskan identitas dirinya.
Posting Komentar
Posting Komentar