CERPEN CREPY - SENYUM MANIS MUNDA
.
Rasanya hari ini lelah sekali. Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Ku baringkan tubuh di atas kasur empuk dengan seprai berwarna putih bersih. Lalu kedua tangan ku letakan di bawah kepala.
.
Kedua kaki ku luruskan. Pandangan mata menatap ke dinding plafon berwarna putih dengan di hiasi lampu berwarna biru yang menambah suasana kamar jadi lebih syahdu.
.
Malam ini aku sendiri di kamar ini setelah lelah seharian berjalan-jalan dengan Munda, kekasih baruku.
.
Munda Azalea. Nama yang akhir-akhir ini mengisi relung hati. Dengan senyuman khas gadis oriental yang manis sekali. Tiap dia tersenyum rasanya ada debar halus yang merayap disebelah sini.
.
Aku mengenalnya sebulan yang lalu. Di sebuah grup facebook tentang kepenulisan yang mempunyai member banyak sekali.
.
Di grup itu dia sering mengirim tulisan yang sangat menyentuh hati. Aku sangat menyukai tiap postingannya. Aku selalu memberi like, komentar, dan berbagai pujian karena tulisannya sangat menawan.
.
Lalu ku beranikan diri untuk meng add akun facebooknya. Ternyata dia sedang online juga. Tak berselang lama, permintaan pertemanan ku pun di konfirmasinya. Saat itu juga.
.
Aku sering mengirim inbox dan bertanya tentang kepenulisan padanya. Ternyata dia sangat ramah dan baik hati. Dia sangat antusias mengajariku caranya menulis yang baik dan benar. Lalu kami saling berbagi nomor whatsapp.
.
Dengan cepat obrolan kami berpindah dari layar biru ke layar hijau.
.
Seiring waktu aku dan Munda menjadi semakin akrab. Lalu kami menjadi sepasang kekasih. Kekasih online.
.
Kami sering chatingan hingga tengah malam.
.
[Kak Bima belum tidur?] Tanya Munda saat itu.
[Belum] jawabku singkat.
[Kenapa?]
[Aku sedang rindu]
[Rindu siapa?]
[Rindu kamu lah, siapa lagi. He he he]
[Kan kita belum pernah ketemu, kok bisa rindu] balas Munda dengan disertai emot menjulurkan lidah.
[Oh belum ya, berarti kita harus ketemu dulu nih. Biar rindunya beneran he he he] kataku dengan disertai emot tertawa yang ditutupi tangan, di belakangnya.
[Ohh emm ... kak Bima mau ketemu sama aku] tanya Munda agak sedikit ragu.
[Iya ... kalo boleh sii]
Saat itu hatiku berdebar-debar menunggu jawabannya.
[Boleh ... mau ketemu dimana nihh?]
.
Yess ... aku mengepalkan tinju lalu menurunkannya ke bawah. Sama persis seperti orang yang habis memenangkan sebuah pertandingan yang sangat menegangkan.
.
Akhirnya aku dan Munda janjian bertemu di sebuah kafe ternama di Jakarta Utara jam sembilan pagi.
.
Jam setengah sembilan pagi aku sudah sampai di kafe itu. Aku sengaja datang lebih awal biar gak dikira pemalas. Kafe yang kami pilih ini sangat unik, semua ornamennya di hiasi dengan warna putih termasuk meja dan kursinya.
.
Aku memilih duduk di kursi pojok ruangan di samping kolam ikan. Suara gemericik air yang jatuh ke kolam membuatku lebih tenang. Karena jujur saat itu aku sangat tegang. Takut kalau penampilanku kurang meyakinkan.
.
Setelah setengah jam menunggu akhirnya Munda datang juga. Dia datang dengan memakai Tshirt lengan panjang berwarna merah maroon dengan celana jeans berwarna biru tua. Dia juga memakai kacamata bulat. Rambutnya di potong pendek sebahu dan agak sedikit pirang.
.
Tubuhnya tinggi, hampir sama dengan tinggiku. Wajahnya putih berseri, kalau tersenyum manis sekali. Sekilas dia sangat mirip dengan Tami Aulia, artis youtube yang suka mengcover lagu itu.
.
Dia sangat ramah, sama seperti saat kami chatingan di whatsapp. Gak ada bedanya. Di kafe itu kami ngobrol banyak hal. Mulai tentang kepenulisan sampai pekerjaan dan keluarga.
.
Selesai dari kafe aku mengajaknya untuk jalan-jalan ke pantai Ancol. Disana kami saling bercanda, saling berlarian seperti di film India. Kami saling berpegangan tangan dan berpelukan, rasanya seperti teman lama yang baru jumpa.
.
Aku tersenyum membayangkan saat itu. Saat kami berdua menikmati senja, lalu aku berbaring dan meletakkan kepalaku di atas pahanya. Rasanya dunia seperti milik kami berdua.
.
Rasanya sudah hampir satu jam aku membaringkan badan di tempat tidur empuk ini. Ku lihat jam dinding sudah menunjukan pukul setengah satu pagi. Pantas saja suasana terasa sangat sepi.
.
Aku bangkit berdiri dari tempat tidur lalu menuju ke sebuah lemari. Aku membuka pintu lemari pelan-pelan. Di sana ku lihat potongan kepala Munda dengan bibir yang tersenyum manis masih tetap di tempatnya.
.
Potongan kepala itu masih mengeluarkan darah segar di bagian leher bekas gorokan gergaji tua. Sedangkan ke lima bagian tubuhnya sudah kubuang di tempat yang berbeda.
.
Aku mengambilnya pelan-pelan sambil mengelap bagian leher kepala Munda yang masih mengeluarkan darah dengan seprai berwarna putih. Lalu meletakkannya di atas bantal di sebelah kananku. Aku berbaring di sampingnya lalu mengusap lembut rambut Munda sambil berbisik di telinga kirinya.
"Tetaplah tersenyum Munda"
End.
Hii..ending cerpennya serem. Nasib si Munda dibikin tragis. Pantaslah namanya cerpen creepy :')
BalasHapusHahaha yups ,trimakasih komennya kka
BalasHapusEngwrikan :(, Eh tapi kapankahdia bunuh Munda?
BalasHapusMengerikan :(, Eh tapi kapankahdia bunuh Munda?
BalasHapus