Memory "ES KADO"
Es Kado adalah Es yang terbuat dari campuran susu, gula dan santan yang di cetak berbentuk balok kecil panjang lalu dibungkus dengan kertas kado, jadilah namanya Es Kado.
Dulu, waktu masih kecil, waktu masih duduk di sekolah dasar saya sangat sering membeli Es Kado. Tiap ada bakul Es Kado lewat depan rumah pasti saya langsung teriak ke Ibu minta dibeliin Es Kado.
Es Kado selalu masuk dalam jajanan favorite saya waktu itu, karena rasanya yang manis dan lembut, mirip sekali dengan Es Krim saat ini hanya saja lebih lembut dan enak. Harganya pun murah, waktu itu hanya sekitar 500 rupiah per tusuk kecil.
Setelah lulus SD lalu masuk SMP saya tidak pernah lagi membeli Es Kado, karna saat SMP saya merasa sudah besar jadi saya merasa jajanan Es Kado sudah tidak relevan lagi dengan usia saya waktu itu.
Otomatis Es Kado saya coret dari daftar jajanan favorite saya. Berganti menjadi mendoan sama marimas yang satu gelas biasa diminum sama lima anak, bergantian.
Kini, setelah bertahun-tahun lamanya saya tidak pernah lagi melihat ada orang yang jualan Es Kado. Sepertinya Es Kado menjadi salah satu jajanan lokal yang sudah hilang ditelan zaman.
Sangat di sayangkan ya jajanan enak dan sehat seperti Es Kado sekarang sudah sangat jarang di temui, berganti menjadi Es Wals dan Es Aice di toko-toko minimarket atau di warung-warung tetangga. Padahal Es Kado itu lebih enak dan nikmat daripada es es itu, menurut saya.
Baru tadi pagi setelah selesai Sholat Id saya melihat lagi ada penjual Es Kado keliling di pinggir lapangan. Penjualnya seorang bapak-bapak berjenggot berumur kurang lebih 50 tahunan, beliau mengendarai sepeda motor supra tahun 2003 dengan membawa kotak kayu di atas jok motornya. Di belakang kotak kayu itu ada tulisan 'Es Kado'.
Karena ingin bernostalgia dengan masa kecil akhirnya saya memutuskan untuk membeli satu potong Es Kado ke bapak tua itu, ternyata sekarang harganya sudah naik menjadi 2000 rupiah per potong kecil yang kurang lebih panjangnya sekitar 15 Cm.
Setelah menyerahkan uang 2000 rupiah ke bapak itu, bapak itu lalu menyerahkan potongan Es Kadonya ke saya. Lalu dengan cepat saya membuka bungkus kadonya dan mulai menjilati bagian atas Es nya.
Entah kenapa menurut saya rasa Es Kadonya sudah tidak se enak dulu lagi. Rasanya hambar, kurang manis, dan kurang lembut pokoknya gak enak dan gak nikmat. Lantas saya merenung sejenak, lalu melanjutkan lagi menjilati Es Kadonya hingga habis, dan rasanya tetap sama, hambar, tidak se enak dulu.
Setelah Es nya habis saya memandangi tusukan Es Kado yang dari bambu itu. Tusukan Es nya masih sama seperti yang dulu, bungkus kadonya pun sama. Lalu saya merenung lagi, apanya yang salah?
Setelah merenung sebentar dan tidak menemukan hasil, saya lalu membuka Facebook, lalu meng Klik profil seseorang. Seseorang yang akhir-akhir ini selalu kusebut dalam do'aku.
Di profil facebooknya terpajang sebuah foto. Foto dia yang sedang tersenyum. Sebuah foto dengan senyuman manisnya itu mampu membuat perasaanku senang, bahagia, dan ingin melihatnya lagi, dan lagi.
Setelah melihat senyuman manisnya, kini aku sadar. Ternyata bukan rasa Es Kadonya yang hambar, bukan juga penjual Es Kadonya yang tidak bisa membuat Es Kado dengan benar. Tapi ...
Tapi aku lah yang salah, aku lah yang tidak bisa lagi menikmati Es Kado itu.
Terkadang kedewasaan banyak merenggut perasaan senang dan nikmat kita saat masih kecil dan di gantikan dengan kenikmatan lainnya saat dewasa.
Seperti halnya aku kini. Kenikmatan menikmati Es Kado yang dulunya sangat nikmat kini di gantikan dengan kenikmatan menikmati senyumanmu. ... Eeeaaa
Tulisannya lengkap jelas dan mudah dj pahami
BalasHapus