Miris Sekali
Tadi, waktu saya jalan - jalan disekitar lapangan untuk menghirup udara segar, saya melihat ada sepasang muda mudi yang sedang berduaan di kebun kosong pinggir lapangan.
Kalo melihat dari penampilannya sepertinya mereka masih pelajar, SMP kelas 3 atau SMA kelas 1 ya umur segituan lah, jadi tidak mungkin sekali kalo mereka lagi nyari jangkrik, umurnya sudah terlalu tua, kalo nyari rumput juga gak mungkin umurnya masih terlalu muda buat nafkahin anak sapi.
Khusnudzon saya, mungkin mereka lagi nyari tanaman hias yang lagi ngetren itu yang daunnya bolong-bolong itu.
Tapi setelah saya amati beberapa menit kok mereka gak turun-turun dari motor eh malah saling berhadap-hadapan diatas motor, cewe nya menghadap kedepan dan cowonya menghadap kebelakang.
Memang benar cuaca disini memang lagi agak dingin, karena semalam hujan turun tanpa henti, mungkin saja mereka lagi saling menghangatkan diri, toh itu memang ada di pelajaran IPA, simbiosis mutualisme, Saling menguntungkan.
Saya yakin mereka pasti menyadari keberadaan saya, wong jaraknya cuma beberapa meter dari mereka, tapi mereka tetap asyik-asyik aja melakukan aktifitasnya gak sedikitpun menghiraukan saya, atau mungkin mereka menganggap saya cuma Jangkrik, Yang keberadaannya tak banyak memberi arti.
Tentu saja saya yang melihat kejadian itu merasa sangat Miris, bukan Miris melihat tindakan asusila yang sedang mereka lakukan, tapi miris kenapa dulu waktu masih sekolah kok saya gak pernah ngelakuin kaya gitu.
Waktu masih sekolah kehidupan percintaan saya sangat-sangat hambar dan mengenaskan untuk diceritakan, apalagi dijadikan film macam Dilan, atau sinetron dari jendela Smp kayak kisahnya Joko sama Wulan, ah bisa-bisa retingnya langsung hancur berantakan!.
Waktu SMP yang mampu saya lakukan hanyalah menyukai dalam diam tanpa berani untuk mengungkapkan. Sambil sesekali menikmati setiap debaran saat si dia memberikan senyuman.
Saat masuk SMA aku mulai sedikit berani bergerilya, dengan modal Hape Nokia dan kartu XL yang sms 5 kali gratis sepuasnya, aku mulai berani mendekati seorang gadis yang imutnya Ngaudzubila, sebut saja dia namanya Bunga.
Pertemuanku dengan Bunga terjadi saat ujian tengah semester berlangsung, saat itu anak kelas dua duduknya dipasangkan dengan anak kelas satu. Aku anak kelas dua dan Bunga kelas satu, kami satu meja.
Mungkin biar gak bisa saling mencontek soal pelajaran.
Memang cara seperti ini cukup berhasil agar anak-anak tidak mencontek soal pelajaran, tapi masalahnya kami saling mencontek soal perasaan.
Lalu aku memberanikan diri untuk minta nomor hape nya, Dia dengan senang hati memberikannya.
Hari-hari ku selanjutnya dipenuhi dengan perasaan yang berbunga-bunga, oh bungaa dimana kini kau beradaa (gak usah nyanyi).
Salah satu temanku menyadari kedekatan kami berdua, lalu anak itu - sebut saja Bangkai, dengan tampang malaikatnya yang lugu-lugu asu datang menawarkan diri untuk mencomblangkan kami berdua.
Dia meminta nomor hape Bunga, entah kenapa dengan senang hati aku memberikannya.
Hari-hari setelahnya, intesitas kecepatan SMS-an ku dengan bunga mulai melambat, yang tadinya dibalas 2 detik, oleh bunga mulai dibalas 1 menit, lalu 5 menit, lalu 1 jam, lalu seharian gk dibalas, lalu seminggu.
Lalu, beberapa minggu kemudian aku mendengar kabar kalau Bunga sudah resmi jadian sama Bangkai.
Mendengar kabar itu entah kenapa dunia rasanya seperti terkena Mugen Tsukuyomi, gelap dan membingungkan.
Hari-hari yang tadinya berbunga-bunga menjadi hancur lebur porak-poranda.
Disaat aku mengalami kegelapan itulah ada seorang kawan datang memberikan pencerahan.
Woyoo, No woman No Cry, don't wory Uuyee, lalu dia menghibur saya dengan beberapa musik reggae lewat Hape Nexian kebanggaanya.
Hari-hari ku setelahnya di penuhi dengan musik reggae dan ideologi Rastamania nya, akhirnya aku resmi menjadi anak reggae hingga beberapa tahun.
Tak lagi mau berhubungan dengan cinta yang hanya membuat sakit hati semata.
Dari Reggae aku mulai hijrah mendalami Islam, lalu masuk dan aktif di beberapa organisasi Islam ada yang moderat ada yang radikal.
Di fase ini aku semakin jauh dari dunia percintaan, hingga mulai lupa rasanya jatuh cinta.
Melihat betapa romantisnya mereka, rasanya aku ingin masuk ke lacinya nobita kembali kemasa lalu, lalu mengulangi lagi masa remaja yang penuh cinta. Eh, tapi gak usah ding, mungkin itu cara Allah menjauhkanku dari tindakan Maksiat.
Hingga tulisan ini selesai ditulis, permainan mereka belum juga berakhir, jadi saya gak bisa merinci seperti apa endingnya dan berapa skornya.
*Ditulis di pinggir lapangan dengan tangan kanan, karena tangan kiri sedang mendekap erat tubuh mbak Oky, nama lengkapnya Oky jelly drink.
Sekian.
Wah.menarik tulisannya mas. Saran aja.tambahin gambarnya sedikit lagi.pasti bakal lebih menarik. Bravo, semoga sukses dengan tulisannya
BalasHapusNunggu vidiony viral :) wkwk
BalasHapuswah ceriatnya bener2 miris
BalasHapus