Senja di Alun-Alun Kota Banjarnegara
Sore itu, langit Kota Banjarnegara mulai menghitam, rintik-rintik kecil mulai berjatuhan menghantam dahan-dahan dan ranting-ranting pohon beringin yang berdiri tegak di tengah alun-alun kota.
Aku sejenak berhenti disana, menikmati suasana sepi alun-alun kota - Banjarnegara.
Aku berharap bisa duduk berdua denganmu disana sekedar menikmati segelas Es Dhawet Ayu yang suegernya tiada tara, atau membeli batagor yang lima ribu bisa dapet dua lalu dimakan bersama.
Setelah itu aku mengelap sudut bibirmu yang terkena saus kacang batagor itu dengan lembut, tiba-tiba netra kita saling bertatapan, aku merasa seakan dunia berputar semakin pelan.
Lalu aku menarik tanganku dari bibir manismu, dan kamu tersenyum malu-malu, yang membuat debaran di dadaku semakin tak menentu, ah betapa indahnya saat itu.
Tapi apa mau dikata semua itu hanyalah angan belaka.
Kamu yang aku damba entah kemana dan Bakul Es dhawetnya pun lagi tidak ada, sedangkan Bakul Batagor tak tau dimana rimbanya seolah semesta tak merestui kita berdua untuk bersua dan bertatap muka.
Kini tinggal aku sendiri, hanya berteman dengan sepi, duduk merenung di pinggir alun-alun kota yang sunyi, sambil sesekali berdiri, lalu duduk lagi, berdiri lagi, duduk lagi, lalu berdiri lagi.
Tak jauh dari tempatku berdiri datang seorang bapak-bapak yang kelihatannya lagi galau juga.
Bapak-bapak itu terlihat bingung dan murung, ia berjalan mondar mandir kesana kemari, sendirian.
Lalu ia berhenti berjalan dan memeluk Huruf A di tulisan besar "Banjarnegara". Setelah itu bapak-bapak berjaket hitam dan bercelana jeans yang dibalut jas hujan itu mengeluarkan benda pipih warna hitam dari saku celananya.
Dia mengeluarkan Hape Sony Experia Miro dari saku kanannya, hape itu terlihat sudah mulai lecet-lecet dengan LCD yang sedikit Njlaret di Pojok kanan atasnya, dan kayaknya masih banyak minus-minus lainnya.
Dari penampilannya yang sangat memprihatinkan itu saya yakin Hape itu sudah banyak memakan asam garam kehidupan bersama pemiliknya.
Lalu bapak-bapak itu mulai menggesekan jarinya di layar hape itu dengan lembut, dan mulai memutar sebuah lagu.
Samar-samar aku dengar ia memutar lagunya Geisha yang judulnya 'Jika Cinta Dia'.
"Jika cinta diaaa, jujurlah padaakuu tinggalkan aku diisinii tanpa senyumaanmu"
Suasana yang sepi, langit yang mendung, angin yang bertiup lembut dan terasa dingin.
Ditambah lagi suara Momo geisha yang sangat menyayat hati, menjadikan senja ku di alun-alun kota serasa di antahbranta.
Tak terasa, langit Kota Banjarnegara semakin menghitam pekat dan rintik-rintik yang tadinya kecil turun semakin deras. Tapi entah kenapa, kali ini rintik-rintik yang menyentuh pipiku terasa lebih hangat dari biasanya.
wah melamun dg ditemani es dawet khas banjarnegara pastinya betah lama -lama di sana
BalasHapusJadi kangen ke Banjarnegara lagi ☺️
BalasHapusDitunggu ya kka di Banjarnegara
BalasHapus