Wajib baca!! beginilah ''MAKNA SUKSES yang sebenarnya"
“Dia orang sukses,
aku ingin seperti dia”. Kenapa dia’?
Apakah karena dia
seorang pengusaha yang cabang waralabanya sudah ratusan outlet, punya mobil
sport, rumah mewah dan popularitas? Atau karena perusahaan digitalnya barusan
dibeli ratusan miliar?
Jika itu standarisasi
sukses menurut Anda, maka pertanyaan berikutnya adalah,”Bagaimana dengan
seorang buruh bangunan yang penghasilannya rendah. Apakah mereka tak bisa
disebut sukses?”
Bisa jadi dibalik
kisah sukses si waralaba tersebut banyak ‘tumbal mitra’ yang dirugikan,banyak
janji-janji yang diingkari. Mungkin anda tak tahu, dibalik kepemilikan mobil
dan rumah mewah, dia harus ‘menyikut’ rekan bisnisnya, putusnya silaturahim
dengan saudaranya, demi mengjar ambisi kata ‘sukses’.
Bisa jadi si buruh
bangunan saat ia pulang kerumah dengan pakaian berkeringat, bau tak sedap,
membawa tahu petis untuk keluarganya, kemudian dia disambut anak-anaknya bak
‘pahlawan’. Apakah dia tidak disebut sukses?”.
Sukses manakah antara
si pengusaha dengan si buruh bangunan?
Anggaplah si
pengusaha sudah kaya, dermawan, soleh lagi. Sisi mana yang membuat Anda menilai
kesuksesan dia? Kaya atau kesolehannya?
Bagaimana dengan....
Guru miskin di
pedesaan yang mengajar sepenuh hati, sukseskah mereka?
Kyai di pondok
pesantren yang hidupnya pas-pasan tapi santrinya ribuan. Tak bisa disebut
sukses?
Ibumu yang hanya ibu
rumah tangga. Gak sukses juga?
Karyawan yang loyal
berjuang bersama anda. Tumbal kesuksesan anda kah?
Mungkin kita tak
menyadari, bahwa standarisasi ‘sukses’ di benak kita selama ini dilandaskan
atas materi semata.
Hampir semua seminar motivasi, pelatihan bisnis, termasuk
juga enterpreneur camp menggiring makna sukses itu dengan pencapaian materi,
seperti rumah mewah, mobil mahal, penghasilan milyaran perbulan dan bentuk
materi lainnya. Astaghfirullohalladzim....
SUKSES DINILAI ORANG
Matrialisme/ma-te-ri-al-is-me//materialisme/
n pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan
manusia di dalam alam kebendaan semata-mata dengann mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra.
(KBBI) Di jaman media sosial lebih terasa
bahayanya paham materialisme. Jika jaman dahulu namanya gengsi itu linier
terhadap geografis (perjumpaan fisik), sekarang bisa eksponensial, karena
faktor ‘share’ dan dunian maya.
Dahulu hanya tetangga dan orang terdekat yang
kita temui secara fisik yang bisa ‘dipameri’, sedangkan sekarang para ‘audiens
5 inch’ seolah menjadi juri kesuksesan kita. Jika ‘fondasi nilai’ tak kuat,
maka kesuksesan seseorang disetir oleh penilaian orang lain.
“Apa kata orang,
kalau liat aku seperti ini...?”
Demi penilaian orang
lain, lalu membeli barang-barang
bergengsi bukan berfungsi. Materialisme tak sadar menambah kerakusann dan
menggerogoti rasa syukur kita.
Materialisme bukan milik si kaya, buruh pun
‘memaksakan diri’ membeli iphone, demi terlihat ‘keren’. Tunggakan hutang
semakin besar, demi memuaskan audies 5 inch.
PENYEBAR VIRUS
MATERIALISME
Dari mana datangnya
penyakit meterialisme? Siap-siap meradang saat membacanya. Motivator dan
jaringan MLM yang menggunakan ‘kebendaan’ sebagai simbol sukses adalah salah
satu penyebar virus yang tokcer; rumah mewah, mobil sport, jalan-jalan keluar
negeri, kapal pesiar, kapal keruk (#buset).
Selain itu juga artis, INFLUENCER,
SELEBGRAM, YOUTUBER yang memamerkan gaya hidup hedon dan gemerlap. “Bagaimana
pemilik stasiun TV yang menyiarkan tayangan infotainment?. Wah, kalo itu mah
dedengkotnya iblis; ngerusak masyarakat secara masal dan singkat.
Jika pencapaian
materi menjadi tolak ukur KESUKSESAN, maka KESERAKAHAN menjadi mesinnya,
MANIPULASI adalah bahan bakarnya, dan KAPITALIS adalah sistemnya.
“Aku gak ‘merasa’
menipu koq”. Lha iya, perasaanmu udah jebol jee. Tahunya pokoknya bagaimana aku
harus ‘terlihat’ sukses?”, tak peduli korban-korban di sekitarmu.
“Aku emang bohong
‘kecil’ tapi aku tak berniat merugikan mereka. Toh, ini kan STRATEGI
PEMASARAN”. Itulah awal dari pergeseran nilai. Maling besar juga dimulai dari
maling kecil. Para koruptor juga awalnya bukan ‘peminta’, tapi penerima dari
atasan. Hingga perlahan materi memanjakan mereka. Uenak tenannn....
BEDAKAN KENDARAAN DAN
TUJUAN
Makna sukses seperti
kompas hidup kita. Jika salah memahami makna sukses maka kita akan salah arah.
Jika salah memilih role mode bagi kita dan anak-anak kita, maka siap-siap
tersesat dan mengorbankan orang lain.
Nabi Muhammad SAW ‘memilih’ miskin;
meskipun Gunung Uhud pun ditawarkan diubah menjadi emas dan menjadi miliknya.
Nabi Isa AS yang diberikan Mukjizat menyembuhkan orang buta, menghidupkan orang
mati, tidak juga ‘memilih’ jalan kaya.
Bahkan Sidarta Gautama melengserkan
dirinya sebagai putra mahkota dan hidup sangat ala kadarnya. Kenapa umat mereka
memilih kaya raya?
“Tapi kalo kita bisa
kaya raya, kan bisa bantu banyak orang?”. Biasanya orang yang berkata begitu,
akan terlena jika ia kaya dan akan opirtunis/manipulatif dalam proses menuju
kaya. Karena tak bisa membedakan mana TUJUAN dan KENDARAAN.
Jika bermanfaat bagi
banyak orang adalah tujuan kita, tak perlu menunggu kaya. Targer utamanya
bukanlah omset/profit, tapi “Berapa banyak orang miskin yang bisa kuentaskan?”,
dengan ijin Allah tentunya.
Jika TUJUAN kita
mengentaskan kemiskinan, maka jalan yang kita tempuh tak boleh yang berlawanan
dengan tujuan tersebut. Alias menjaga keberkahan disetiap prosesnya.
Misalnya anda
dihadapkan oleh suatu pilihan dalam menjalankan bisnis anda:
A. Beli mesin; produksi lebih
banyak profit lebih besar
B. Menggunakan tenaga manusia;
banyak drama, lebih lambat, profit lebih kecil.
Anda akan memilih
mana? Ya tergantung tujuan utama yang tersembunyi di hati kecil anda.
Jika memang tujuang
kita MENJADI JEMBATAN REJEKI bagi orang lain, maka drama karyawan adalah proses
yang harus kita jalani sebagai bagian dari IBADAH kepada Allah.
Andai
dikarenakan menjadi jembatan, kemudian Allah memberikan kelimpahan kepada kita,
itu adalah BONUS, bukan tujuan utama.
Saya belajar dengan
waktu dan kejadian, kilauan materi tersebut membuat saya ambisius, dan
membahayakan orang-orang disekitar saya. Setelah satu persatu impian saya
terpenuhi, tak hadir juga rasa syukur itu.
Yang ada makin ‘rakus’ ingin
mendapakan lebih dan lebih. Selain nafsu pemenuhan pribadi. Juga nafsu untuk
‘dinilai’ orang lain. Hingga di suatu titik saya tersadar, bahwa semua itu
adalah kebahagiaan yang semu.
Kebangkrutan panjang
yang saya alami,berusaha mereset ‘penghambaan’ saya terhadap manusia. Awalnya
protes kepada Allah, namun sekarang semakin menikmati, karena ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada saya.
Saya
belum sepenuhnya kembali ke jalan yang benar, in syaa Allah tetap menuju
kesana..
Jangan biarkan orang
lain membentuk ‘MAKNA SUKSESMU’. Karena dirimu sendiri yang tahu ‘makna sukses
SEJATIMU’. Orang suksesa adalah orang yang MERDEKA dari penilaian orang lain.
Benarkah kita
mengimani Hadist “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”...?
Atau hanya sekedar
menjadi slogan nasihat bagi orang lain, bukan bagi kita sendiri?
Jika standar sukses
berubah, maka kesuksesan itu bisa kita pungut disekitar kita saat ini, bukan
nanti..!
Seperti kata Om Bob,
“Sukses bagiku, bisa makan sepiring nasi hari ini.”
Jadi... Apa makna sukses anda?
(JAYA SETIA BUDI)
Posting Komentar
Posting Komentar