Hati-Hati, Orang Jepang itu Wadulan (Dikit-dikit Lapor)
Ohayou Minna san, Oniichan, senpai. Apakabarnya hari ini? Masih semangat? Masih donk yaa.
Oh ya, kali ini saya mau menulis sedikit tentang kebiasaan orang jepang. Kalian pernah ke Jepang? Belum pernah? Masa ke Jepang aja belum pernah, saya aja udah 3 kali ke Jepang, Jembatan Mampang tapi. Keh keh keh
Tulisan kali ini diambil dari pengalaman seseorang yang pernah menjadi ex-patriat selama beberapa tahun di Jepang, beliau bernama Harudi Mugiyono, atau biasa dipanggil Harudi-san (Kalo di Jepang)
Kata beliau Orang Jepang itu adem. Tidak banyak ngomong. Tidak suka ghibah. Tidak suka mencampuri orang lain. Tetapi diam-diam suka lapor.
Lho?
Masih ingat di suatu siang musim dingin. Hape pak Harudi berdering,
"Moshi-moshi, Harudi san desu ka?"
"Haik, watashi wa Harudi desu"
"Shiyakuso...^€¥°°®^^°#$@ (saya (Harudi) tidak mudheng bahasa Jepangnya sangat cepat. Padahal saya baru saat itu.
Saya segera memberikan ke teman Lab di sebelah.
"I'm sorry, please translate for me"
Kata Harudi sambil memberikan hape kepadanya.
Haik, haik, haik, haik.... Hanya itu yang Harudi dengar dari dia. Sampai telepon ditutup.
"Itu telepon dari petugas balaikota. Dia mendapat laporan dari tetangga Harudi , ada suara gaduh di beranda belakang rumah. Dia nggak bisa tidur. Makanya dia telepun Balaikota mengadukanmu", kata teman Harudi yang bernama Furqon atau Furukong kalo di Jepang.
Ya Allah, kok wadulan sekali. Kenapa kok tidak ngomong langsung ke saya (Harudi) jika terganggu.
Memang Pak Harudi saat itu memasang termometer yang framenya kayu di luar. Untuk mengukur suhu yang sampai negatif. Cuma sayangnya salah satu cantolannya lepas. Sehingga sang Thermometer itu terkena angin pating kemlothak. Tapi mosok gitu saja lapor.
"Memang begitulah hidup di apato (apartment) Harudi san. Harus benar-benar menjaga diri. Orang sini memang tidak suka menegur. Tidak suka ribut. Tapi suka lapor" kata teman Harudi tadi.
Wealah, baru tahu.
Harudi ingat. Seorang teman datang ke rumah. Ibu-ibu. Dia seorang doctoral student. Pakai mobil.
Apartments mereka memang tidak menyediakan tempat parkir tamu.
Maka dia memarkir mobilnya begitu saja di tempat parkir yang kosong. Padahal jelas ada pemiliknya.
Oya sedikit info, bagaimana jika orang Jepang di apartment Harudi bertamu? Ternyata mereka tidak menerima tamu di rumah. Mungkin karena apato sangat sempit.
Mereka janjian ketemu di warung udon, kafe, sushi resto dll. Pokoknya tidak di apato. Walaupun antara anak dan ortu.
Sedangkan kita orang Indo, apato sempit pun sering dipakai acara kondangan. Weleh.
Kembali ke teman Harudi tadi. Ketika urusan dengan keluarga Harudi selesai dia balik ke mobilnya. Betapa kagetnya dia di depan kap mobilnya telah berdiri 'malangkadhak seorang ibu-ibu. Berambut cepat. Sambil rokokan pah poh. Ternyata dia bu RT di apato kami yang guwalak itu.
"Anato no kuruma (mobil mu) ?" Katanya sambil menunjuk mobil.
"Gomen ne.... Gomen nasai (maaf maaf)" teman Harudi menjawab takut-takut.
"Gomen nasai janai yo", (tidak ada maaf bagimu). Katanya marah.
Biyunge kalah galake wong iki.
Ketika teman Harudi mau mengeluarkan mobilnya, si ibu tadi menghalangi di depan.
"Tunggu, saya tadi telah telepon polisi. Dia segera datang"
Tak berapa lama pak Pol datang. Dan segera menilang teman Harudi itu. Kelanjutannya tidak tahu.
Tapi demikianlah jika haknya diambil. Tanpa basa-basi. Langsung telepon polisi.
Di Jepang banyak kucing berkeliaran. Kucingnya bagus-bagus. Pemiliknya tidak ada. Tetapi jangan sekali-kali anda memberi makan di lokasi perumahan atau apartemen.
Jika mereka merasa terganggu dengan kehadiran kucing, dan anda memberi makan, sehingga kucing selalu datang, maka jangan heran jika suatu saat orang balaikota menelepon anda.
Menegur.
Pernah di suatu musim liburan. Seorang teman yang single paren menitipkan anaknya ke rumah.
Kebetulan si anak temannya Faturomang dan Arurukong. Ya hasilnya bisa ditebak. Anak Usia TK dan SD awal bertemu. Laki semua. Ya pasti gembuyakan. Loncat-loncat. Padahal apato kami di lantai 5. Dan keesokan harinya, teguran juga surat cinta datang dari pemerintah atas laporan warga.
Kejadian lucu dan menegangkan pernah terjadi. Suatu sore pintu apato kami diketuk. Setelah dibuka yang datang pak pol dengan peralatan lengkap plus borgol dan senjata.
Selama saya di Jepang, polisinya tidak selengkap itu. Bahkan kalau di bandara berkemeja berdasi.
Ya Allah, mau apa dia?
"Benar ini rumah Arufurukong?"
"Benar", kok tahu nama anakku, dalam hati.
"Begini, saya mendapat laporan dari anak-anak yang bermain di bawah itu, tadi ada orang mengambil bola di taman. Dia naik mobil. Kata anak-anak itu bolanya Furukong. Makanya saya ke sini untuk memastikan, apakah Furqon ingin kami mencarinya"
"Iya bi, biar dicari pak Polisi", kata Furqon dari dalam.
"Gak. Gak atik. Iku salahmu dewe balmu ilang. Salahe nggak digowo mulih. Kingko-kingko, urusan polisi tambah ruwet",
[Tidak, tidak usah. Itu salahmu sendiri bolamu hilang. Salahnya tidak dibawa pulang. Ini nanti urusan polisi tambah ruwet]
kata saya kepada Furqon. Untung pak pol nya tidak mudeng.
"Bagaimana, Furukong masih ingin bolanya dicari?" tanya pak Pol.
"Tidak, tidak usah" jawab Furqon dalam bahasa Jepang.
"Honto" (are you sure)
"Haik"
"Sebentar, saya akan telepon pak Kapolsek dulu. Dia akan menanyakan ke Furukong langsung. Benarkah dia rela"
Kemudian pak pol menelepon seseorang. Yang segera diberikan kepada Furqon. Dan Furqon menjawab pertanyaan pak Kapolsek.
Setelah itu dia mohon diri. Weleh saya sampai ndredheg tidak karuwan didatangi polisi berseragam lengkap.
Jadi ceritanya, Furqon meninggalkan bola seharga 500 yen (60.000 IDR) di taman.
Kemudian diambil orang. Namanya maling ya ada saja. Apalagi kesempatan itu ada.
Lha kok mau urusan polisi. Ogak ah.
"Seharusnya saya tadi minta polisi mencarikan bola saya ya bi" kata Furqon dengan mbelingnya.
"Enggaaaaaaak!"
Demikianlah di negeri itu. Semua aman dan tertib. Karena jika coba-coba tidak tertib, pak Pol akan datang menertibkan.
Nah seperti itulah pengalaman Pak Harudi atau Harudi-San ketika di Jepang. Semoga bisa menginspirasi kalian yaa.
Hehe mereka sepertinya melakukan itu karena tipikal "Gak enakan" kalau negur langsung, jadi mainnya lapor2.
BalasHapusDari tulisan ini, minimal jadi paham lah harus bertindak seperti apa hehe
Hehe mereka sepertinya melakukan itu karena tipikal "Gak enakan" kalau negur langsung, jadi mainnya lapor2.
BalasHapusDari tulisan ini, minimal jadi paham lah harus bertindak seperti apa hehe
Hehe mereka sepertinya melakukan itu karena tipikal "Gak enakan" kalau negur langsung, jadi mainnya lapor2.
BalasHapusDari tulisan ini, minimal jadi paham lah harus bertindak seperti apa hehe
Ini beneeer bangettttt hahahahha. Adekku beberapa kali dikirim untuk kerja di Jepang, biasanya 2 tahunan. Nah, tiap kali dia dikirim ke sana, aku pasti rencanain liburan ke Jepang, trus titip koper di apato nya 😁. Aku nya sendiri kliling Prefecture Jepang lainnya , tapi base tetep di apato si adek.
BalasHapusThanks God ada Jr pass dan Shinkansen yg bikin perjalanan bisa cuma PP atau kalopun nginep di prefectures lain, ga usah lama2.
Si adek juga cerita ketatnya lingkungan tempat dia tinggal. Ga bisa terlalu ribut, bawa anjing jalan2 aja hrs pastiin ga pup sembarangan 😅. Eh tapi ada 1 temen jepangnya yg kayak orang Jepang dari tingkah laku. Kalo orang Jepang tertutup Ama orang asing, temennya ini malah semangat mau ketemu aku pas aku DTG ke sana, alasannya mau melatih BHS Inggris 🤣🤣. Ya udah aku temuin di apato si adek. Baru dia nih orang Jepang yg ceriwis dan terbuka banget 😁. Tapi ternyata karena dia udh ditugasin ke macam2 negara sih, jadi mungkin pandangannya juga udah beda .
Kangeeen bgt Ama Jepang. Biasanya aku tiap tahun balik kesana. Seharusnya Feb 2021 kemarin udah kesana lagi, tapi pandemi ini bikin batal semua plan trip 😫
Wah sugoii bisa tiap tahun ke jepang
BalasHapus