Study Tour ke Jogja

   
  Gelap. Dengan membawa senter kecil aku berjalan menyusuri pematang sawah. Tujuanku ke pemandian umum desa. Aku mau mandi.

"Byurr," air terasa sangat dingin. Maklum ini kan masih sangat pagi, masih jam setengah 5 pagi. Ditambah lagi, bulan ini kan sudah memasuki masa kaji, salah satu masa dalam itungan jawa, yang hawanya dingin banget. Kata bapak si gitu.

Sehabis mandi aku pulang. Di rumah, ibu sudah menyiapkan banyak makanan, enggak banyak banget si, hanya ada nasi, beberapa lontong, dada ayam dan beberapa telor balado.

Beberapa aku makan. Selebihnya ibu membungkus makanan itu dengan kertas minyak, lalu mengikatnya dengan karet. Satu bungkus khusus nasi, satu bungkus lagi khusus lauk. Lalu memasukannya ke dalam tasku. Untuk bekal dalam perjalanan.

Ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu. Hari ini sekolahku mau berangkat Study Tour ke Jogja. Asyiknyaa.

Sebagai anak kelas 2 SMP yang sangat jarang sekali plesir. Aku sangat senang. Mungkin plesir (Stady Tour) ke Jogja nanti adalah plesir terjauh yang pernah ku alami, setelah kebun binatang Serulingmas di Banjarnegara tentunya.

Sebenarnya kelas ku (kelas 2A) banyak yang gak setuju kalo plesir (Study Tour) ke Jogja. Mereka pada mintanya ke Bandung, padahal ke Jogja aja belum pernah. Kan nggaya.

Setelah mencium tangan ibu aku lalu berpamitan untuk segera berangkat.

Bapak mengantarku, kami berjalan beriringan melewati rimbunnya pohon bambu. Kabutnya masih sangat tebal.

Setelah sampai jalan raya, di depan sekolahku sudah ada 3 Bus yang menunggu. Bus-bus ini yang akan membawaku sampai ke Jogja.

Seorang guru memanggilku untuk segera masuk ke Bus B2. Setelah mencium tangan bapak, aku segera lari masuk ke Bus B2, aku duduk dibarisan paling kanan, di samping jendela. Ah senengnya nanti bisa liat pemandangan kota Jogja.

Kulihat dia juga masuk di bus yang sama. Dengan rambut hitam terurai panjang dan juga memakai bando warna ungu, tasnya juga ungu, lucu.

Sepertinya perjalanan ke Jogja nanti akan sangat menyenangkan. Pikirku.

Selama perjalanan banyak sekali teman-temanku yang muntah, padahal kan baru satu jam, baru sampai Kebumen juga, dasar kampungan. Aku juga mau muntah si, tapi untungnya gak jadi, jadinya kan gak jadi kampungan juga.

Setelah masuk kota Joga aku melihat banyak sekali rumah penduduk yang berjejer rapat, seperti di Jakarta, padahal aku juga belum pernah ke Jakarta.

Entah kenapa setelah memasuki kota Jogja suasananya menjadi sangat berbeda, nyaman sekali. Seperti kita pernah tinggal di sana dalam waktu lama, kan aneh.

Tujuan Study Tour pertamaku adalaha Monjali. Monjali itu singkatan, artinya Monumen Jogja Kembali.

Sebuah monumen atau lebih tepatnya bangunan berbentuk kayak tumpeng, tapi warnanya putih. Di dalemnya banyak sekali replika dan juga foto sejarah kota Jogja, di sekeliling monumen ada kolam ikannya, dan ada meriamnya juga.

Dia, gadis berbando ungu itu sedang berjalan di pinggir kolam ikan. Tadinya sama teman-temannya, tapi dia menepi, menyendiri.

Dia sedang memegang sesuatu di tangannya, sebuah benda berbentuk kotak berwarna putih, dia seperti kebingungan. Aku lalu mendekatinya.

"Eh Rehan," sapa nya.

"Iya, lagi ngapain?" tanyaku basa-basi.

"Engga, ini e ... Tolong fotoin aku ya," ucapnya sambil menyodorkan benda kotak kayak ketupat berwarna putih itu .

"Mampus", gumamku dalam hati.

Dia menyodorkan sebuah HP, HP Nokia ketupat. Aku lalu menerimanya. Jujur, itu pertama kalinya aku megang HP. Jangankan untuk memfoto, membuka kuncinya saja aku gak bisa.

Untung saja, sedikit-sedikit aku bisa bahasa inggris. Disitu tertulis Press Dial and * (Tekan Dial lalu bintang).

'Done' Hape terbuka, Alhamdulilah.

"Kamu bisa?" tanya dia.

"Bisa"

"Bisa buka hape nya?"

"Bisa"

"Hebat, aku nggak bisa".

"Hah?".

Ternyata itu bukan Hape nya dia, itu hape milik bibinya. Bibi nya ngasih pinjem ke dia buat foto-foto saat di Jogja, sedangkan dia sendiri juga belum pernah megang Hape.

"Sebenernya aku juga gak bisa" ucapku.

"Kok tadi bisa?"

"Asal aja"

'Hahaha' lalu kami tertawa.

Selanjutnya kami berjalan di pinggir kolam di sekitar Monjali. Obrolan kami masih tentang hape. Kami sama-sama saling belajar menggunakan hape, lebih tepatnya aku yang sok ngajarin dia si. Aku mengajari nya cara memfoto.

Aku menyuruh dia untuk bergaya di pinggir kolam, lalu memfotonya, lalu di bawah meriam, lalu di tengah jalan. 

Lalu, kita berdua duduk di anak tangga. Kita duduk di tangga besar yang menghubungkan selasar dengan lantai atas Monjali itu. Tangga yang besar itu. Iya ituu.

Setelah mengajari dia caranya memfoto, aku lalu meminta dia untuk memfotoku.

"Li, fotoin aku dong" aku menyodorkan Hape Nokia ketupat itu ke Lili.

"Hah, aku gak bisa"

"Bisa, kan udah tek ajarin. Tinggal arahin lalu tekan tombol yang di tengah"

Lili menerima Hape itu.

"Siap ya" 

"Ya" aku lalu bergaya seakan-akan sedang berjalan di atas tangga.

"Satu... Dua.. Tii " Lili memberi komando.

"Yah"

"Kenapa Li?"

"Hape nya mati"

"Sialan (dalam hati)".

Kami lalu duduk-duduk saja di tangga besar monjali itu. Bingung mau kemana lagi. Takut nyasar.

"Li ... " aku membuka obrolan, daripada gabut ya kan.

"Ya"

"Kok nama kamu Lili, artinya apa?"

"Emm ... apa ya, enggak tau''

"Kenapa gak Lulu aja"

"Hah, kenapa gitu"

"Lulu, bando ungu, tas ungu, lucu "

Krikk ... Krikk ...
Krikk ... Krikk ...

Ya Robbi, garing banget lawakanku.

Dia tersenyum, lalu sedikit tertawa biar aku nggak malu mungkin. Lalu aku tertawa juga.

Di atas tangga sana ku lihat teman - teman Lili memanggil, sambil melambaikan tangan. Lalu Lili membalasnya.

"Han ... Aku ke temen-temen ku dulu ya"

Dia berdiri sambil tersenyum. Saat akan berbalik badan ada semribit angin yang entah datang darimana menyibak rambutnya.

Rambut lurusnya terurai melambai- lambai. Sebagian lagi menutupi wajahnya. Ingin sekali ku merapikannya. Ah tapi nggak bisa.

Aku sejenak hanya diam mematung menikmatinya, menikmati rambut Lili yang melambai-lambai terbawa angin. Terpesona ... Aku terpesona.

Setelah dari Monjali, kami ke Museum Dirgantara, lalu ke Taman Pintar, dan terakhir ke Malioboro.

Kata pak guru, di Malioboro kami dibebaskan untuk belanja apa saja. Sesuka hati kita. Asal bayar sendiri, begitu katanya. Kan sialan, kirain dia yang mau bayarin.

Aku dan ke empat temanku memasuki salah satu Moll di Jalan Malioboro itu. Pas baru masuk depan Lobi Moll, tiba-tiba.

"Hueeekk"

Temenku yang namanya Suyono langsung Muntah, banyak banget muntahannya. Dimuntahan itu terlihat jelas kalo dia habis makan telor balado sama mie goreng. Jorok!!.

Sontak aja semua orang langsung memandang ke arah kami, hampir semua orang gaes. Penjaga toko, cleaning servis, satpam dan ada orang asing, bule berambut pirang juga menatap ke arah kami dengan tatapan heran. Aku bingung mau ngapain.

Untung saja ada salah satu guru yang melihat kami, dan langsung membawa Suyono ke kamar mandi. Ah memalukan sekali.

Kami bertiga melupakan Suyono dan melanjutkan perjalanan kami keliling Moll. Ini adalah kali pertamanya aku masuk Moll. Ternyata bersih, ramai dan megah sekali. Ada tangga jalannya juga. Aku takjub.

Setelah dari Malioboro kami disuruh untuk berkumpul, dan masuk ke bus masing-masing untuk segera pulang. Yah padahal kan aku masih betah di Jogja.

Dalam perjalanan pulang aku bertekad dalam hati, kalo suatu saat nanti, kalo sudah bisa nyari uang sendiri aku akan ke Jogja lagi. Buat plesir lagi, soalnya kan banyak tempat yang belum ku kunjungi.

Akhirnya, kini, setelah 13 Tahun berlalu. Setelah aku bisa nyari uang sendiri, aku belum juga plesir lagi ke Jogja. Huhuhu

Ke Jogja paling cuma lewat jalannya saja, saat akan ke Solo, atau Surabaya. Saat melewati jalanan di Kota Jogja seakan tiap tikungannya menghadirkan sebuah kenangan yang entah apa.

Aku berharap suatu saat nanti bisa kembali lagi ke Jogja, nanti disana kita akan mengukir sebuah cerita bersama, bersamamu. Iyaa Kamuu...

...

Author

Mas Rahman Nama saya surahman umur 24 tahun, belum menikah/single, alamat Banjarnegara No WA 0852-2645-3701 ya kali aja ada yang mau kenalan :D

Posting Komentar